Berbagai masalah yang ada di tanah air seringkali menjadi inspirasi banyak generasi mudah memulai langkah revolusioner. Seperti startup yang digawangi oleh Wynn Nathaniel, Dr. Chip Rinaldi dan Imam Askolani, bernama Weston.
Mengingat masih banyak pedesaan di Indonesia yang membutuhkan sumber daya listrik, ketiganya tergerak untuk memberdayakan energi ramah lingkungan untuk menerangi kehidupan masyarakat.
Sumber tenaga panel surya
Semua orang pasti tahu bila banyak desa di tanah air yang masih gulita dan jauh dari menikmati modernitas. Tapi, tidak semua orang mampu bergerak untuk memberi solusi. Seperti Wynn Nathaniel dan kawan – kawannya, mulai merancang kemajuan teknologi di pedesaan tanpa ada embel – embel profit atau uang.
Selama ini, listrik belum dirasakan secara merata oleh masyarakat karena keterbasan dana operasional PLN. Sebagai satu – satunya penyedia listrik secara nasional, jalur distribusi PLN masih memakai kabel dan membutuhkan biaya investasi yang sangat besar. Jika dihitung tergantung lokasi rumah pedesaan, bisa mencapai Rp 5 juta per rumah. Nilai yang besar ini juga setidaknya harus mengumpulkan sekitar 20 rumah agar baru bisa dipasang listrik.
Oleh karena itu, masih banyak ketimpangan yang dirasakan oleh masyarakat di pedalaman karena pemerintah sendiri juga masih sulit menjangkau keberadaan mereka.
Wynn menyebutkan bahwa hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Terutama untuk kawasan Indonesia timur yang terpencil dan jauh dari grid listrik PLN.
Solusi terbaik yang ditawarkan Wynn adalah memberdayakan teknologi ramah lingkungan. Yaitu panel tenaga surya.
Lokasi pedesaan yang jauh dari jangkauan PLN akan lebih tepat guna bila dipasang panel surya karena tidak membutuhkan struktur yang terpusat dan lebih mobile. Untuk setiap panel surya, bisa menghasilkan 2 kw energi listrik yang cukup untuk kebutuhan sehari – hari masyarakat.
Optimis menjanjikan prospek bisnis
Meskipun dari awal tidak melirik masalah profit, namun Weston sangat optimis jika di masa depan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan dan bisa menjadi lahan bisnis yang berkelanjutan.
Namun, sementara ini startup yang digagas oleh founder dari latar belakang ekonomi ini lebih memikirkan agar produk ini bisa dinikmati secara luas di seluruh Indonesia. Semoga saja ya.